. SYARAT PERTUMBUHAN
1. IKLIM
- Untuk dapat berproduksi optimal,
ubikayu memerlukan curah hujan 150- 200 mmpada umur 1-3 bulan, 250-300 mm
pada umur 4-7 bulan, dan 100- 150 mm pada fase menjelang dan saat panen
(Wargiono, dkk., 2006).
- Suhu udara minimal bagi tumbuhnya
ketela pohon/singkong sekitar 10 derajat C. Bila suhunya dibawah 10
derajat C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, menjadi
kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.
- Kelembaban udara optimal untuk
tanaman ketela pohon/singkong antara 60 – 65%.
- Sinar matahari yang dibutuhkan
bagi tanaman ketela pohon / singkong sekitar 10 jam / hari terutama untuk
kesuburan daun dan perkembangan umbinya.
2. MEDIA TANAM
- Tanah yang paling sesuai untuk
ketela pohon / singkong adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak
terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik. Tanah
dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih
mudah tersedia dan mudah diolah.
- Jenis tanah yang sesuai untuk
tanaman ketela pohon / singkong adalah jenis aluvial latosol, podsolik
merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol.
- Derajat keasaman (pH) tanah yang
sesuai untuk budidaya ketela pohon berkisar antara 4,5 – 8,0 dengan pH
ideal 5,8. pada umumnya tanah di Indonesia ber pH rendah (asam), yaitu
berkisar 4,0- 5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi
suburnya tanaman ketela pohon.
B. PEDOMAN BUDIDAYA
a) BIBIT
- Gunakan varietas unggul yang
mempunyai potensi hasil tinggi, disukaikonsumen, dan sesuai untuk daerah
penanaman. Sebaiknya varietas unggul yang dibudidayakan memiliki sifat
toleran kekeringan, toleran lahan pH rendah dan/atau tinggi, toleran
keracunan Al, dan efektif memanfaatkan hara P yang terikat oleh Al dan Ca.
- Ketela pohon berasal dari tanaman
induk yang cukup tua (10-12 bulan).
- Ketela pohon harus dengan
pertumbuhannya yang normal dan sehat serta seragam
- Batang telah berkayu dan
berdiameter ± 2,5 cm lurus.
- Belum tumbuh tunas-tunas baru
b) PENGOLAHAN MEDIA
TANAM
a. Persiapan,
kegiatan yang perlu dilakukan sebelum pengolahan lahan adalah :
- Pengukuran pH tanah dilakukan
dengan menggunakan kertas lakmus, pH meter dan atau cairan pH tester.
- Penganalisaan jenis tanah pada
contoh atau sempel tanah yang akan ditanami untuk mengetahui ketersediaan
unsur hara, kandungan bahan organik.
- Penetapan jadwal / waktu tanam
berkaitan erat dengan saat panen. Hal ini perlu diperhitungkan dengan
asumsi waktu tanam bersamaan dengan tanaman lainnya (tumpang sari),
sehingga sekaligus dapat memproduksi beberapa variasi tanaman sejenis.
- Luas areal penanaman disesuaikan
dengan modal dan kebutuhan setiap petani ketela pohon. Pengaturan volume
produksi penting juga diperhitungkan karena berkaitan erat dengan
perkiraan harga saat panen dan pasar.
b. Pembukaan dan
Pembersihan Lahan
Pembukaan lahan pada
intinya merupakan pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan
pengganggu) dan akar-akar tanaman sebelumnya. Tujuan pembersihan lahan untuk
memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi
hama dan penyakit yang mungkin ada.
c. Pembentukan
Bedengan (Guludan)
Bedengan dibuat pada
saat lahan sudah 70% dari tahap penyelesaian. Bedengan atau pelarikan dilakukan
untuk memudahkan penanaman, sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Pembentukan
bedengan ditujukan untuk memudahkan dalam pemeliharaan tanaman, seperti permbersihan
tanaman liar maupun sehatnya pertumbuhan tanaman.
d. Pengapuran (Bila
diperlukan)
Untuk menaikan pH
tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat asam / tanah gambut, perlu
dilakukan pengapuran. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit/kaptan
(CaCO3). Dosis yang biasa digunakan adalah 1 – 2,5 ton / hektar. Pengapuran
diberikan pada waktu pembajakan atau pada saat pembentukan bedengan kasar
bersamaan dengan pemberian pupuk kandang.
C. TEKNIK PENANAMAN
Penentuan Pola Tanam
Pola tanaman harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada lahan
tegalan/kering, waktu tanam yang paling baik adalah awal musim hujan atau
setelah penanaman padi. Jarak tanam yang digunakan pada pola monokultur adalah
80 x 120 cm.
Cara Penanaman
Sebelum bibit ditanam disarankan agar bibit direndam terlebih dahulu dengan
pupuk hayati MiG-6 Plus yang telah dicampur dengan air selama 3-4 jam. Setelah
itu baru dilakukan penanaman dilahan hal ini sangat bagus untuk pertumbuhan
dari bibit.
Cara penanaman
dilakukan dengan meruncingkan ujung bawah stek ketela pohon, kemudian tanamkan
sedalam 5-10 cm atau kurang lebih sepertiga bagian stek tertimbun tanah. Bila
tanahnya keras/berat dan berair/lembab, stek ditanam dangkal saja.
D. PEMELIHARAAN
TANAMAN
Penyulaman
Untuk bibit yang mati/abnormal
segera dilakukan penyulaman, yakni dengan cara mencabut dan diganti dengan
bibit yang baru/cadangan. Bibit atau tanaman muda yang mati harus diganti atau
disulam. Penyulaman dilakukan pada pagi hari atau sore hari, saat cuaca tidak
terlalu panas. Penyiangan Penyiangan bertujuan untuk membuang semua jenis
rumput/tanaman liar./ pengganggu (gulma) yang hidup disekitar tanaman. Dalam
satu musim penanaman minimal dilakukan 2 kali penyiangan. Periode kritis atau
periode tanaman harus bebas gangguan gulma adalah antara 5-10 minggu setelah
tanam. Bila pengendalian gulma tidak dilakukan selama periode kritis tersebut,
produktivitas dapat turun sampai 75% dibandingkan kondisi bebas gulma.
Pembubunan Cara pembubunan dilakukan dengan menggemburkan tanah disekitar
tanaman dan setelah dibuat seperti gundukan. Waktu pembubunan bersamaan dengan
waktu penyiangan, hal ini dapat menghemat biaya. Apabila tanah sekitar tanaman
ketela pohon terkikis karena hujan atau terkena air siraman sehingga perlu
dilakukan pembubunan /ditutup dengan tanah agar akan tidak kelihatan.
Perempelan / Pemangkasan Pada tanaman ketela pohon perlu dilakukan
pemangkasan/pembuangan tunas karena minimal setiap pohon harus mempunyai cabang
2 atau 3, hal ini agar batang pohon tersebut bisa digunakan sebagai bibit lagi
dimusim tanam mendatang. .
E. PEMUPUKAN
Pemupukan Secara
Konvensional / Kebiasaan Petani Pemupukan dilakukan dengan system pemupukan
berimbang antara N, P, K dengan dosis Urea : 135 kg, TSP/SP36 : 75 kg dan KCL :
135 kg. pupuk tersebut diberikan pada saat tanam dengan dosis N:P:K = 1/3 : 1:
1/3 atau Urea : 50 kg, TSP/SP36 : 75 kg dan KCL : 50 kg (sebagai pupuk dasar)
dan pada saat tanaman berumur 2-3 bulan yaitu sisanya dengan dosis N:P:K =
2/3:0:2/3 atau Urea : 85 kg dan KCL : 85 kg. Pemupukan dengan Sistem Teknologi
MiG-6 Plus Sistem pemupukan menggunakan teknologi MiG-6 Plus , dapat mengurangi
kebutuhan pupuk kimia/anorganik sampai dengan 50%, adapun cara pemupukannya
adalah sebagai berikut : Disarankan saat pengolahan lahan diberikan pupuk
kandang pada setiap lubang yang akan ditanami bibit. Kebutuhan 5ton/ha. 3 hari
sebelum tanam diberikan 2 liter MiG-6 Plus per hektar dengan campuran setiap 1
liter MiG-6 Plus dicampur/dilarutkan dengan air max 200 liter atau 1 tutup
botol (10 ml) dicampur/dilarutkan dengan air sebanyak 2 liter (jumlah air tidak
harus 200 liter boleh kurang asal cukup untuk 1 hektar) disemprotkan pada lahan
secara merata disarankan disemprotkan pada pupuk kandang/kompos agar fungsi
dari pupuk kandang/kompos lebih maksimal. Setelah 3 hari bibit / stek siap
ditanam. 5 hari setelah tanam berikan campuran pupuk NPK dengan dosis Urea : 50
kg, TSP/SP36 : 75 kg dan KCL : 50 kg pada lahan 1 hektar, 1 pohon diberikan
campuran sebanyak ± 22,5 gram dengan cara ditugalkan pada jarak 15 cm dari
tanaman dengan kedalaman 10cm. Pemberian MiG-6 Plus selanjutnya pada saat
tanaman singkong berumur 2 bulan :2 liter, umur 4 bulan : 2 liter, umur 6 bulan
: 2 liter dan 8 bulan : 2 liter. Pemberian pupuk anorganik selanjutnya pada
umur tanaman 60-90 hari berupa campuran pupuk N:P:K dengan dosis Urea : 85 kg,
dan KCL : 85 kg. Asumsi bila 1 hektar lahan ditanam 7.500 pohon berarti 1 pohon
diberikan sebanyak ± 22,5 gram dengan cara ditugalkan pada jarak 15 cm dari
tanaman dengan kedalaman 10cm.
F. PENGAIRAN DAN
PENYIRAMAN
Kondisi lahan ketela
pohon dari awal tanam sampai umur ± 4-5 bulan hendaknya selalu dalam keadaan
lembab tapi tidak terlalu becek. Pada tanah yang kering perlu dilakukan
penyiraman dan pengairan dari sumber air yang terdekat. Pengairan dilakukan
pada saat musim kering dengan cara menyiram langsung akan tetapi cara ini dapat
merusak tanah. System yang baik digunakan adalah system genangan sehingga air
dapat sampai kedaerah perakaran secara resapan. Pengairan dengan system genangan
dapat dilakukan dua minggu sekali dan untuk seterusnya diberikan berdasarkan
kebutuhan.
G. WAKTU PENYEMPROTAN
PESTISIDA / INSEKTISIDA
Jenis dan dosis
pestisida disesuaikan dengan jenis penyakitnya. Penyemprotan pestisida paling
baik dilakukan pada pagi hari setelah embun hilang atau pada sore hari. Dosis
pestisida disesuaikan dengan serangan hama/penyakit, baca dengan baik
penggunaan dosis pada label merk obat yang digunakan. Apabila hama dan penyakit
menyerang dengan ganas maka dosis pestisida harus lebih akan tetapi
penggunaannya harus hati-hati karena serangga yang menguntungkan dapat ikut
mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar