3.3) Cara Penanaman Alpukat
Waktu penanaman yang tepat adalah pada
awal musim hujan dan tanah yang ada dalam lubang tanam tidak lagi
mengalami penurunan. Hal yang perlu diperhatikan adalah tanah yang ada
dalam lubang tanam harus lebih tinggi dari tanah sekitarnya. Hal ini
untuk menghindari tergenangnya air bila disirami atau turun hujan.
Langkah-langkah penanaman adalah sebagai berikut:
- Lubang tanam yang telah ditutup, digali lagi dengan ukuran sebesar wadah bibit.
- Bibit dikeluarkan dari keranjang atau polibag dengan menyayatnya agar gumpalan tanah tetap utuh.
- Bibit beserta tanah yang masih menggumpal dimasukkan dalam lubang setinggi leher batang, lalu ditimbun dan diikatkan ke ajir.
- Setiap bibit sebaiknya diberi naungan untuk menghindari sinar matahari secara langsung, terpaan angin, maupun siraman air hujan. Naungan tersebut dibuat miring dengan bagian yang tinggi di sebelah timur. Peneduh ini berfungsi sampai tumbuh tunas-tunas baru atau lebih kurang 2-3 minggu.
4) Pemeliharaan Tanaman Alpukat
4.1) Penyiangan
Gulma banyak tumbuh di sekitar tanaman
karena di tempat itu banyak terdapat zat hara. Selain merupakan saingan
dalam memperoleh makanan, gulma juga merupakan tempat bersarangnya hama
dan penyakit. Oleh karena itu, agar tanaman dapat tumbuh dengan baik
maka gulma-gulma tersebut harus disiangi (dicabut) secara rutin.
4.2) Penggemburan Tanah
Tanah yang setiap hari disiram tentu
saja akan semakin padat dan udara di dalamnya semakin sedikit. Akibatnya
akar tanaman tidak dapat leluasa menyerap unsur hara. Untuk
menghindarinya, tanah di sekitar tanaman perlu digemburkan dengan
hati-hati agar akar tidak putus.
4.3) Penyiraman
Bibit yang baru ditanam memerlukan banyak air, sehingga penyiraman perlu dilakukan setiap hari. Waktu yang tepat untuk menyiram adalah pagi/sore hari, dan bila hari hujan tidak perlu disiram lagi.4.4) Pemangkasan Tanaman Alpukat
Pemangkasan hanya dilakukan pada cabang-cabang yang tumbuh terlalu rapat atau ranting-ranting yang mati. Pemangkasan dilakukan secara hati-hati agar luka bekas pemangkasan terhindar dari infeksi penyakit dan luka bekas pemangkasan sebaiknya diberi fungisida/penutup luka.4.5) Pemupukan
Dalam pembudidayaan tanaman alpukat diperlukan program pemupukan
yang baik dan teratur. Mengingat sistem perakaran tanaman alpukat,
khususnya akarakar rambutnya, hanya sedikit dan pertumbuhannya kurang
ekstensif maka pupuk harus diberikan agak sering dengan dosis kecil.
Jumlah pupuk yang diberikan tergantung pada umur tanaman. Bila program
pemupukan tahunan menggunakan pupuk urea (45% N), TSP (50% P), dan
KCl (60% K) maka untuk tanaman berumur muda (1-4 tahun) diberikan urea,
TSP, dan KCl masing-masing sebanyak 0,27-1,1 kg/pohon, 0,5-1 kg/pohon
dan 0,2-0,83 kg/pohon. Untuk tanaman umur produksi (5 tahun lebih)
diberikan urea, TSP, dan KCl masing-masing sebanyak 2,22-3,55 kg/pohon,
3,2 kg/pohon, dan 4 kg/pohon. Pupuk sebaiknya diberikan 4 kali dalam
setahun. Mengingat tanaman alpukat hanya mempunyai sedikit akar rambut,
maka sebaiknya pupuk diletakkan sedekat mungkin dengan akar. Caranya
dengan menanamkan pupuk ke dalam lubang sedalam 30-40 cm, di mana lubang
tersebut dibuat tepat di bawah tepi tajuk tanaman, melingkari tanaman.
HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN ALPUKAT
1. Hama pada Daun
1.1. Ulat kipat (Cricula trisfenestrata Helf)
Ciri: Panjang tubuh 6 cm, berwarna hitam bercak-bercak putih dan dipenuhi rambut putih. Kepala dan ekor berwarna merah menyala.
Gejala: Daun-daun tidak utuh
dan terdapat bekas gigitan. Pada serangan yang hebat, daun habis sama
sekali tetapi tanaman tidak akan mati, dan terlihat kepompong
bergelantungan.
Pengendalian: Menggunakan insektisida yang mengandung bahan
aktif monokrotofos atau Sipermetein, misal Cymbush 50 EC dengan dosis
1-3 cc/liter atau Azodrin 15 WSC dengan dosis 2-3 cc/liter.1.2. Ulat kupu-kupu gajah (Attacus atlas L.)
Ciri: Sayap kupu-kupu dapat
mencapai ukuran 25 cm dengan warna coklat kemerahan dan segitiga
tansparan. Ulat berwarna hijau tertutup tepung putih, panjang 15 cm dan
mempunyai duri yang berdaging. Pupa terdapat di dalam kepompong yang
berwarna coklat.
Gejala: Sama dengan gejala serangan ulat kipat, tetapi kepompong tidak bergelantungan melainkan terdapat di antara daun.
Pengendalian: Sama dengan pemberantasan ulat kipat.1.3. Aphis gossypii Glov/A. Cucumeris, A. cucurbitii/Aphis kapas.
Ciri: Warna tubuh hijau tua
sampai hitam atau kunig coklat. Hama ini mengeluarkan embun madu yang
biasanya ditumbuhi cendawan jelaga sehingga daun menjadi hitam dan semut
berdatangan.
Gejala: Pertumbuhan tanaman terganggu. Pada serangan yang hebat tanaman akan kerdil dan terpilin.
Pengendalian: Disemprot dengan
insektisida berbahan aktif asefat/dimetoat, misalnya Orthene 75 SP
dengan dosis 0,5-0,8 gram/liter atau Roxion 2 cc/liter.
1.4. Kutu dompolan putih (Pseudococcus citri Risso)/Planococcus citri Risso
Ciri: Bentuk tubuh elips, berwarna coklat kekuningan sampai merah oranye, tertutup tepung putih, ukuran tubuh 3 mm, mempunyai tonjolan di tepi tubuh dengan jumlah 14-18 pasang dan yang terpanjang di bagian pantatnya.Gejala: Pertumbuhan tanaman terhambat dan kurus. Tunas muda, daun, batang, tangkai bunga, tangkai buah, dan buah yang terserang akan terlihat pucat, tertutup massa berwarna putih, dan lama kelamaan kering.
Pengendalian: Disemprot dengan insektisida yang mengandung bahan aktif formotion, monokrotofos, dimetoat, atau karbaril. Misalnya anthion 30 EC dosis 1-1,5 liter/ha, Sevin 85 S dosis 0,2% dari konsentrasi fomula.
1.5. Tungau merah (Tetranychus cinnabarinus Boisd)
Ciri: Tubuh tungau betina berwarna merah tua/merah kecoklatan, sedangkan tungau jantan hijau kekuningan/kemerahan. Terdapat beberapa bercak hitam, kaki dan bagian mulut putih, ukuran tubuh 0,5 mm.Gejala: Permukaan daun berbintikbintik
kuning yang kemudian akan berubah menjadi merah tua seperti karat. Di bawah permukaan daun tampak anyaman benang yang halus. Serangan yang hebat dapat menyebabkan daun menjadi layu dan rontok.
Pengendalian:
Disemprot dengan akarisida Kelthan MF yang mengandung bahan aktif dikofoldan, dengan dosis 0,6-1 liter/ha.
2. Hama pada Buah
2.1. Lalat buah Dacus (Dacus dorsalis Hend.)
Ciri: Ukuran tubuh 6 - 8 mm dengan bentangan sayap 5 - 7 mm. Bagian dada berwarna coklat tua bercak kuning/putih dan bagian perut coklat muda dengan pita coklat tua. Stadium larva berwarna putih pada saat masih muda dan kekuningan setelah dewasa, panjang tubuhnya 1 cm.Gejala: Terlihat bintik
hitam/bejolan pada permukaan buah, yang merupakan tusukan hama sekaligus tempat untuk meletakkan telur. Bagian dalam buah berlubang dan busuk karena dimakan larva.
Pengendalian: Dengan umpan minyak citronella/umpan protein malation akan mematikan lalat yang memakannya. Penyemprotan insektisida dapat dilakukan antara lain dengan Hostathion 40 EC yang berbahan aktif triazofos dosis 2 cc/liter dan tindakan yang paling baik adalah memusnahkan semua buah yang terserang atau membalik tanah agar larva terkena sinar
matahari dan mati.
2.2. Codot (Cynopterus sp)
Ciri: Tubuh seperti kelelawar tetapi ukurannya lebih kecil menyerang buahbuahan pada malam hari.Gejala: Terdapat bagian buah yang berlubang bekas gigitan. Buah yang terserang hanya yang telah tua, dan bagian yang dimakan adalah daging buahnya saja.
Pengendalian: Menangkap codot
menggunakan jala/menakut-nakutinya menggunakan kincir angin yang diberi
peluit sehingga dapat menimbulkan suara.
3. Hama pada Cabang/Ranting
3.1. Kumbang bubuk cabang (Xyleborus coffeae Wurth / Xylosandrus morigerus Bldf).
Ciri: Kumbang yang lebih
menyukai tanaman kopi ini berwarna coklat tua dan berukuran 1,5 mm.
Larvanya berwarna putih dan panjangnya 2 mm.
Gejala: Terdapat lubang yang
menyerupai terowongan pada cabang atau ranting. Terowongan itu dapat
semakin besar sehingga makanan tidak dapat tersalurakan ke daun,
kemudian daun menjadi layu dan akhirnya cabang atau ranting tersebut
mati.
Pengendalian: Cabang/ranting
yang terserang dipangkas dan dibakar. Dapat juga disemprot insektisida
berbahan aktif asefat atau diazinon yang terkandung dalam Orthene 75 SP
dengan dosis pemberian 0,5-0,8 gram/liter dan Diazinon 60 EC dosis 1-2
cc/liter.
4. Penyakit yang disebabkan Jamur
4.1. Antraknosa
Penyebab: Jamur Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) sacc. Yang mempunyai miselium berwarna cokleat
hijau sampai hitam kelabu dan sporanya berwarna jingga.
Gejala: Penyakit ini menyerang
semua bagian tanaman, kecuali akar. Bagian yang terinfeksi berwarna
cokelat karat, kemudian daun, bunga, buah/cabang tanaman yang terserang
akan gugur.
Pengendalian: Pemangkasan
ranting dan cabang yang mati. Penelitian buah dilakukan agak awal
(sudah tua tapi belum matang). Dapat juga disemprot dengan fungisida
yang berbahan aktif maneb seperti pada Velimex 80 WP. Fungisida ini
diberikan 2 minggu sebelum pemetikan dengan dosis 2-2,5 gram/liter.
4.2. Bercak daun atau bercak cokelat
Penyebab: cercospora purpurea
Cke./dikenal juga dengan Pseudocercospora purpurea (Cke.) Derghton.
Jamur ini berwarna gelap dan menyukai tempat lembab.
Gejala: bercak cokelat muda
dengan tepi cokelat tua di permukaan daun atau buah. Bila cuaca lembab,
bercak cokelat berubah menjadi bintik-bintik kelabu. Bila dibiarkan,
lama-kelamaan akan menjadi lubang yang dapat dimasuki organisme lain.
Pengendalian: Penyemprotan
fungisida Masalgin 50 WP yang mengandung benomyl, dengan dosis 1-2
gram/liter atau dapat juga dengan mengoleskan bubur Bordeaux.
4.3. Busuk akar dan kanker batang
Penyebab: Jamur Phytophthora yang hidup saprofit di tanah yang mengandung bahan organik, menyukai tanah basah dengan drainase jelek.
Gejala: Bila tanaman yang
terserang akarnya maka pertumbuhannya menjadi terganggu, tunas mudanya
jarang tumbuh. Akibat yang paling fatal adalah kematian pohon. Bila
batang tanaman yang terserang maka akan tampak perubahan warna kulit
pada pangkal batang.
pada pangkal batang.
Pengendalian: drainase perlu
diperbaiki, jangan sampai ada air yang menggenang/dengan membongkar
tanaman yang terserang kemudian diganti dengan tanaman yang baru.
4.4. Busuk buah
Penyebab: Botryodiplodia theobromae pat. Jamur ini menyerang apabila ada luka pada permukaan buah.
Gejala: Bagian yang pertama
kali diserang adalah ujung tangkai buah dengan tanda adanya bercak
cokelat yang tidak teratur, yang kemudian menjalar ke bagian buah. Pada
kulit buah akan timbul tonjolan-tonjolan kecil.
Pengendalian: Oleskan bubur Bordeaux/ semprotkan fungisida Velimex 80 WP yang berbahan aktif Zineb, dengan dosis 2-2,5 gram/liter.PANEN TANAMAN ALPUKAT
1) Ciri dan Umur Panen
Ciri-ciri buah yang sudah tua tetapi belum masak adalah:a) warna kulit tua tetapi belum menjadi cokelat/merah dan tidak mengkilap;
b) bila buah diketuk dengan punggung kuku, menimbulkan bunyi yang nyaring;
c) bila buah digoyang-goyang, akan terdengar goncangan biji.
Penetapan tingkat ketuaan buah tersebut
memerlukan pengalaman tersendiri. Sebaiknya perlu diamati waktu bunga
mekar sampai enam bulan kemudian, karena buah alpukat biasanya tua
setelah 6-7 bulan dari saat bunga mekar. Untuk memastikannya, perlu
dipetik beberapa buah sebagai contoh. Bila buah-buah contoh tersebut
masak dengan baik, tandanya buah tersebut telah tua dan siap dipanen.
2) Cara Panen
Umumnya memanen buah alpukat dilakukan
secara manual, yaitu dipetik menggunakan tangan. Apabila kondisi fisik
pohon tidak memungkinkan untuk dipanjat, maka panen dapat dibantu dengan
menggunakan alat/galah yang diberi tangguk kain/goni pada
ujungnya/tangga. Saat dipanen, buah harus dipetik/dipotong bersama
sedikit tangkai buahnya (3-5 cm) untuk mencegah memar, luka/infeksi pada
bagian dekat tangkai buah.
3) Periode Panen
Biasanya alpukat mengalami musim
berbunga pada awal musim hujan, dan musim berbuah lebatnya biasanya
pada bulan Desember, Januari, dan Februari. Di Indonesia yang keadaan
alamnya cocok untuk pertanaman alpukat, musim panen dapat terjadi setiap
bulan.
4) Prakiraan Produksi
Produksi buah alpukat pada pohon-pohon yang tumbuh dan berbuah baik dapat mencapai 70-80 kg/pohon/tahun. Produksi rata-rata yang dapat diharapkan dari setiap pohon berkisar 50 kg.PASCAPANEN
1. Pencucian
Pencucian dimaksudkan untuk
menghilangkan segala macam kotoran yang menempel sehingga mempermudah
penggolongan/penyortiran. Cara pencucian tergantung pada kotoran yang
menempel.
2. Penyortiran
Penyortiran buah dilakukan sejak masih
berada di tingkat petani, dengan tujuan memilih buah yang baik dan
memenuhi syarat, buah yang diharapkan adalah yang memiliki ciri sebagai
berikut:
1. Tidak cacat, kulit buah harus mulus tanpa bercak.
2. Cukup tua tapi belum matang.
3. Ukuran buah seragam. Biasanya dipakai standar dalam 1 kg terdiri dari 3 buah atau berbobot maksimal 400 g.
4. Bentuk buah seragam. Pesanan paling banyak adalah yang berbentuk lonceng.
1. Tidak cacat, kulit buah harus mulus tanpa bercak.
2. Cukup tua tapi belum matang.
3. Ukuran buah seragam. Biasanya dipakai standar dalam 1 kg terdiri dari 3 buah atau berbobot maksimal 400 g.
4. Bentuk buah seragam. Pesanan paling banyak adalah yang berbentuk lonceng.
Buah yang banyak diminta importir untuk
konsumen luar negeri adalah buah alpukat yang dagingnya berwarna kuning
mentega tanpa serat. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri,
semua syarat tadi tidak terlalu diperhitungkan.
3. Pemeraman dan Penyimpanan
Alpukat baru dapat dikonsumsi bila sudah
masak. Untuk mencapai tingkat kemasan ini diperlukan waktu sekitar 7
hari setelah petik (bila buah dipetik pada saat sudah cukup ketuaannya).
Bila tenggang waktu tersebut akan dipercepat, maka buah harus diperam
terlebih dulu. Untuk keperluan ekspor, tidak perlu dilakukan pemeraman
karena tenggang waktu ini disesuaikan dengan lamanya perjalanan untuk
sampai di tempat tujuan.
Cara pemeraman alpukat masih sangat
sederhana. Pada umumnya hanya dengan memasukkan buah ke dalam karung
goni, kemudian ujungnya diikat rapat. Setelah itu karung diletakkan di
tempat yang kering dan bersih. Karena alpukat mempunyai umur simpan
hanya sampai sekitar 7 hari (sejak petik sampai siap dikonsumsi), maka
bila ingin memperlambat umur simpan tersebut dapat dilakukan dengan
menyimpannya dalam ruangan bersuhu 5 derajat C. Dengan cara tersebut,
umur penyimpanan dapat diperlambat samapai 30-40 hari.
4. Pengemasan dan Pengangkutan
Kemasan adalah wadah/tempat yang
digunakan untuk mengemas suatu komoditas. Kemasan untuk pasar lokal
berbeda dengan yang untuk diekspor. Untuk pemasaran di dalam negeri,
buah alpukat dikemas dalam karung-karung plastik/keranjang, lalu
diangkut dengan menggunakan truk. Sedangkan kemasan untuk ekspor berbeda
lagi, yaitu umumnya menggunakan kotak karton berkapasitas 5 kg buah
alpukat. Sebelum dimasukkan ke dalam kotak karton, alpukat dibungkus
kertas tissue, kemudian diatur sususannya dengan diselingi penyekat yang
terbuat dari potongan karton.
STANDAR PRODUKSI
1) Ruang Lingkup
Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh dan cara pengemasan.
2) Diskripsi
Alpukat adaalah buah tanaman apaokat (Persea Americana MILL) dalam keadaan cukup tua, utuh, segar dan bersih.
3) Klasifikasi dan Standar Mutu
Alpokat digolongkan dalam 3 macam ukuran berdasarkan berat, yaitu:a) Alpokat besar : 451-550 gram/buah
b) Alpokat sedang : 351-450 gram/buah
c) Alpokat kecil : 250-350 gram/buah
Sedangkan syarat mutu adalah sebagai berikut:
a) Kesamaan sifat varietas: mutu I seragam; mutu II seragam; cara pengujian organoleptik
b) Tingkat ketuaan: mutu I tua tapi tidak terlalu matang; mutu II tua tapi tidak terlalu matang; cara pengijian organoleptik.
c) Bentuk: mutu I normal; mutu II kurang normal; cara pengujian organoleptik
d) Kekerasan: mutu I keras; mutu II keras; cara pengujian Organoleptik
e) Ukuran: mutu I seragam; mutu II kurang seragam; cara pengujian SP-SMP-309-1981
f) Kerusakan (bobot/bobot): mutu I maks 5%; mutu II 10%; cara pengujian SP-SMP-310-1981
g) Busuk (bobot/bobot): mutu I maks 1%; mutu II 2%; cara pengujian SP-SMP-311-1981
h) Kotoran: mutu I bebas; mutu II bebas; cara pengujian organoleptik
5) Pengambilan Contoh
Setiap kemasan diambil contohnya
sebanyak 3 kg dari bagian atas, tengah dan bawah. Contoh tersebut
dicampur merata tanpa menimbulkan kerusakan, kemudian dibagi 4 dan dua
bagian diambil secara diagonal. Cara ini dilakukan beberapa kali sampai
contoh mencapai 3 kg untuk dianalisa.
a) Jumlah kemasan dalam partai: 1 sampai 100, minimum jumlah contoh yang diambil 5.b) Jumlah kemasan dalam partai: 101 sampai 300, minimum jumlah contoh yang diambil 7.
c) Jumlah kemasan dalam partai: 301 sampai 500, minimum jumlah contoh yang diambil 9.
d) Jumlah kemasan dalam partai: 501 sampai 1000, minimum jumlah contoh yang diambil 10.
e) Jumlah kemasan dalam partai: lebih dari 1000, minimum jumlah contoh yang diambil 15.
6) Pengemasan
Buah alpukat disajikan dalam bentuk utuh
dan segar, dikemas dalam keranjang bambu/bahan lain yang sesuai
dengan/tanpa bahan penyekat, ditutup dengan anyaman bambu/bahan lain,
kemudian diikat dengan tali bambu/bahan lain. Isi kemasan tidak melebihi
permukaan kemasan dengan berat bersih maksimum 20 kg. Di bagian luar
kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain: nama barang, golongan
ukuran, jenis mutu, daerah asal, nama/kode perusahaan/eksportir, berat
bersih, hasil Indonesia dan tempat/negara tujuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar