Belimbing (Averrhoa Carambola ) merupakan tanaman buah
berupa pohon yang berasal dari kawasan Malaysia, kemudian menyebar luas ke
berbagai negara yang beriklim tropis lainnya di dunia termasuk Indonesia. Pada
umumnya belimbing ditanam dalam bentuk kultur pekarangan
(home yard gardening), yaitu diusahakan sebagai usaha sambilan sebagai tanaman
peneduh di halaman-halaman rumah. Di kawasan Amerika, buah belimbing dikenal
dengan nama /sebutan “star fruits”, dan jenis belimbing yang populer dan
digemari masyarakat adalah belimbing “Florida”.
2. JENIS TANAMAN
Dalam taksonomi tumbuhan,
belimbing diklasifikasikan sebagai berikut:
1.
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
2.
Divisi : Spermatphyta (tumbuhan berbiji)
3.
Sub-divisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
4.
Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua)
5.
Ordo : Oxalidales
6.
Famili : Oxalidaceae
7.
Genus : Averrhoa
8.
Spesies : Averrhoa carambola L. (belimbing manis); A.bilimbi L. (belimbing
wuluh)
Di Indonesia dikenal cukup banyak ragam varietas belimbing diantaranya varietas Sembiring, Siwalan, Dewi,
Demak kapur, Demak kunir, Demak jingga, Pasar minggu, Wijaya, Paris, Filipina,
Taiwan, Bangkok, dan varietas Malaysia. Tahun 1987 telah dilepas dua varietas
belimbing unggul nasional yaitu: varietas Kunir dan Kapur.
3. MANFAAT TANAMAN
Manfaat utama tanaman ini
sebagai makan buah segar maupun makanan buah olahan ataupun obat tadisional.
Manfaat lainnya sebagai stabilisator & pemeliharaan lingkungan, antara lain
dapat menyerap gas-gas beracun buangan kendaraan bermotor, dll, menyaring debu,
meredam getaran suara, dan memelihara lingkungan dari pencemaran karena
berbagai kegiatan manusia. Sebagai wahana pendidikan, penanaman belimbing di
halaman rumah tidak terpisahkan dari program pemerintah dalam usaha gerakan
menanam sejuta pohon.
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
1.
Untuk pertumbuhan dibutuhkan keadaan angin yang tidak terlalu kencang, karena
dapat menyebabkan gugurnya bunga atau buah.
2.
Curah hujan sedang, di daerah yang curah hujannya tinggi seringkali menyebabkan
gugurnya bunga dan buah, sehingga produksinya akan rendah.
3.
Tempat tanamnya terbuka dan mendapat sinar matahari secara memadai dengan
intensitas penyinaran 45–50 %, namun juga toleran terhadap naungan (tempat
terlindung).
4.
Suhu dan kelembaban ataupun iklimnya termasuk tipe A (amat basah), B (agak
basah), C (basah), dengan 6–12 bulan basah dan 0–6 bulan keing, namun paling
baik di daerah yang mempunyai 7,5 bulan basah dan 4,5 bulan kering.
5.2. Media Tanam
1.
Hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian cocok pula untuk
tanaman belimbing. Tanahnya subur, gembur, banyak mengandung bahan organik,
aerasi dan drainasenya baik.
2.
Derajat keasaman tanah untuk tanaman belimbing yaitu memiliki pH 5,5–7,5.
3.
Kandungan air dalam tanah atau kedalaman air tanah antara 50–200 cm dibawah
permukaan tanah.
5.3. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang cocok
untuk tanaman belimbing yaitu di dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Benih dan Bibit
Teknologi produksi bibit unggul
belimbing harus selalu menggunakan pohon induk unggul atau pembiakan secara
vegetatif (cangkok, okulasi, enten, dan susuan). Pembiakan secara generatif
dengan biji tidak dianjurkan, karena hampir selalu memberikan keturunan berbeda
dengan induknya (segregasi genetis). Oleh karena itu, pembiakan generatif
(biji) hanya dimaksudkan untuk menghasilkan bibit batang bawah (onderstam) yang
kelak digunakan pada perbanyakan vegetatif.
2) Penyiapan Benih
Penyiapan bibit unggul belimbing dilakukan
dengan cara pembiakan vegetatif (cangkok, okulasi, susuan dan enten). Khusus
pada perbanyakan vegetatif dengan cara penyambungan (okulasi, enten, susuan)
diperlukan batang bawah atau bibit onderstam yang berasal dari biji (pembiakan
generatif). Tata cara penyiapan batang bawah untuk penyiapan biji (benih)
belimbing sebagai berikut:
1.
Pilih buah belimbing yang sudah matang dipohon dan keadaannya sehat serta
berasal dari varietas unggul nasional ataupun lokal.
2.
Ambil (keluarkan) biji dari buah dengan cara membelahnya, kemudian tampung
dalam suatu wadah.
3.
Cuci biji belimbing dengan air bersih hingga bebas dari lendirnya.
4.
Keringanginkan biji belimbing ditempat teduh dan kering hingga kadar airnya
berkisar antara 12–14 %.
5.
Simpan biji belimbing dalam suatu wadah tertutup rapat dan berwarna, atau
langsung disemai di persemaian.
3) Teknik Penyemaian Benih
Penyiapan lahan persemaian
meliputi tahapan sebagai berikut:
1.
Tentukan (pilih) areal untuk lahan persemaian di tempat yang strategis dan
tanahnya subur.
2.
Olah tanahnya cukup dalam antara 30-40 cm hingga gembur, kemudian
dikering-anginkan selama ± 15 hari. c) Buat bedengan selebar 100-120 cm, tinggi
30 cm dan panjangnya tergantung keadaan lahan. Arah bedengan sebaiknya membujur
posisi Utara-Selatan.
3.
Tambahkan pupuk kandang yang matang dan halus sebanyak 2 kg/m2 luas bedengan
sambil dicampurkan dengan tanah atas secara merata, kemudian rapikan bedengan
dengan alat bantu papan kayu atau bambu ataupun cangkul.
4.
Tancapkan tiang-tiang bambu di sisi Timur bedengan setinggi 100-150 cm dan di
sisi Barat 75-100 cm, kemudian pasang pula palang-palang dari bilah bambu
sambil diikat.
5.
Pasang atap persemaian dari dedaunan (jerami) atau lembar plastik bening
(transparan), sehingga bedengan persemaian lengkap dengan atapnya siap disemai
biji belimbing.
Tatalaksana menyemai biji belimbing adalah
sebagai berikut:
1.
Rendam biji belimbing dalam air dingin atau hangat kuku (55-60 derajat C)
selama 30 menit atau lebih.
2.
Kecambahkan biji belimbing dengan cara disimpan dalam gulungan kain basah di
tempat yang lembab selama beberapa waktu.
3.
Semai biji belimbing yang telah berkecambah pada lahan pesemaian. Caranya
adalah biji disebar di sepanjang garitan atau alur-alur dangkal pada jarak
antar alur sekitar 10-15 cm, kemudian tutup dengan tanah tipis.
4.
Biarkan kecambah tumbuh dan berkembang menjadi bibit muda.
4) Pemeliharaan
Pembibitan/Penyemaian
Pemeliharaan bibit selama di
pesemaian dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1.
Penyiraman (pengairan) secara kontinyu 1-2 kali sehari atau tergantung keadaan
cuaca.
2.
Pemupukan dengan pupuk Nitrogen (Urea, ZA) ataupun NPK yang dilarutkan dalam
air dengan dosis 10 gram/10 liter untuk disiramkan pada media pesemaian setiap
3 bulan sekali.
c) Pengendalian hama atau
penyakit dengan cara memotong bagian yang terserang parah, perbaikan drainase
tanah dan penyemprotan pestisida pada konsentrasi rendah antara 30–50 % dari
yang dianjurkan.
5) Pemindahan Bibit
Penyapihan (pendederan bibit
pada umur 6–8 bulan dari pesemaian ke dalam polibag atau keranjang atau lahan
yang telah diisi media campuran tanah dengan pupuk kandang.
6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan
Luasan minimum yang diperlukan
untuk operasional pembibitan adalah 2.000 m 2 , yang dapat menampung bibit
sebanyak 5.000-10.000 bibit. Sedangkan lahan untuk pohon induk dapat disediakan
tersendiri atau ditanam dalam lahan operasional. Syarat utama dalam pemilihan
lahan adalah tersedianya air bagi tanaman, sebagai indikator alami ada atau
tidaknya sumber air dapat digunakan pohon enau, karena umumnya pohon enau hidup
di daerah yang banyak mengandung air. Ciri lain lahan yang mengandung air
adalah daerah tersebut berada di suatu lembah bukit atau pegunungan. Lahan
untuk tanaman belimbing
di dataran rendah sampai
ketinggian 500 m dpl, dengan kedalaman air tanah antara 50–200 cm dibawah
pemukaan tanah dan memiliki pH 5,5–7,5. Tanah lahannya subur, gembur, banyak
mengandung bahan organik, aerasi dan drainasenya baik, serta waktu penanaman
yang paling baik di daerah yang mempunyai iklim antara 7,5 bulan basah dan 4,5
bulan kering.
2) Pembukaan Lahan
Tentukan areal lahan yang
strategis dan subur, cara pengolahan lahan (pembajakan/pengarukan dan pencangkulan)
tanah lahan cukup dalam antara 30–40 cm hingga gembur, kemudian
dikeringanginkan selama 15 hari. Tambahkan pada tanah lahan yang telah diolah
pupuk kandang yang matang dan halus sebanyak 2 kg/m 2 kemudian rapikan bedengan
sambil icampurkan dengan tanah atas secara merata, dan dirapikan dengan alat
bantu papan kayu atau bambu atau cangkal dan selanjutnya lahan siap ditanami.
3) Pembentukan Bedengan
Bedengan dibuat dengan ukuran
lebar 100–120 cm, tinggi 30 cm dan panjangnya tergantung keadaan lahan.
Bedengan sebaiknya membujur posisi Utara-Selatan. Pasang (tancapkan)
tiang-tiang bambu di sisi Timur bedengan setinggi 100–150
cm, dan di sisi Barat 75–100
cm, kemudian pasang pula palang-palang sambil diikat. Selanjutnya pasang atap
dari dedaunan (jerami) atau plastik bening (transparan) sehingga bedengan siap
digunakan.
6.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanam
Penetuan jarak tanam dan pola
tanam biasanya relatif tergantung pada luas lahan yang ada. Pada umumnya, bila
areal lahan cukup luas maka jarak tanam antar tanaman belimbing dibuat sekitar
6 x 6 meter. Atau dapat pula digunakan dalan jarak tanam 5 x 5 m dengan pola
tanam dalam bentuk kultur perkebunan secara permanen dan dipelihara intensif.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Sebelum bibit ditanam, terlebih
dulu dibuat lubang tanam. Lubang tanam berukuran 50 x 50 x 50 cm. Lubang digali
sedalam 50 cm, separuh tanah galian bagian atas dipisahkan, lubang
diangin-anginkan selama 2-4 minggu. Setelah cukup dianginkan, tanah dibagian
atas dicampur dengan pupuk kandang ayam dengan perbandingan 1:1. Selain itu
juga diberi pupuk NPK 20-10-10 sebanyak 1 genggam per lubang tanam. Kemudian
campuran tanah dan pupuk itu dimasukkan kembali ke dalam lubang.
3) Cara Penanaman
Lubang yang sudah dipersiapkan
untuk ditanami seperti diatas, setelah diberi pupuk tidak langsung ditanami,
tetapi dibiarkan selama 1 minggu setelah itu baru ditanami. Bila yang ditanam
bibit okulasi klon B17, maka pada waktu ditanam di lapang harus
dikombinasikan/diseling dengan bibit klon B2. Caranya,diantara 8 tanaman B17
ditengah-tengahnya ditanami B2. Kombinasi ini dimaksudkan untuk membantu
penyerbukan, karena menurut seorang ahli, diduga belimbing klon B17
ini bersifat male sterile,
sehingga perlu bantuan serbuk sari klon B2 dalam penyerbukannya.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan dan penyulaman
dimaksudkan agar buah lebih leluasa berkembang dan distribusi makanan hanya
untuk buah yang dipelihara. Dalam penjarangan ini diusahakan tidak ada buah
yang bergerombol atau berdempetan. Satu pohon diperkirakan hanya ada 100 buah
belimbing yang dipelihara sampai besar. Penjarangan dilakukan saat buah sebesar
2,5–5 cm, atau 5–10 hari setelah bunga bermekaran.
2) Penyiangan, Pembubunan dan
Perempalan
Penyiangan, pembubunan dan
perempalan dilakukan agar tanaman belimbing menghasilkan buah secara produktif,
dan mendapatkan hasil yang maksimal. Penyiangan dilakukan dengan melakukan
pemangkasan untuk membentuk tajuk tanaman agar tanaman tidak saling
berhimpitan. Hal ini untuk mendorong produksi buah dan memudahkan pemanenan.
3) Pemupukan
Pemupukan untuk 3 bulan setelah
tanam adalah 25 kg pupuk kandang ayam dengan 50 gram NPK/pohon. Umur setahun 25
kg pupuk kandang dengan 150 gram NPK/pohon. Umur 2 tahun diberikan 50 kg pupuk
kandang dan 500 gram NPK/pohon, dan umur 3 tahun keatas diberikan 75 kg pupuk
kandang dengan 1 kg NPK/pohon. Untuk media tanam berupa pot atau tanaman buah
dalam pot (tabulampot) pemupukan diberikan pada waktu umur tanaman 1 bulan
diberi
pupuk dasar berupa campuran
urea, TSP atau SP dan KCL (2:1:1) sebanyak 20 gr atau 2 sendok makan per pohon
(pot). Pupuk tersebut dibenamkan dalam pot. Setiap sebulan sekali dipupuk
dengan pupuk nitrogen ZA sebanyak 10 gr
dilarutkan dalam 10 liter air,
larutan ini disiramkan pada tanaman belimbing dalam pot hingga tampak cukup
basah. Pada tanaman belimbing yang sudah mulai berbunga dan berbuah diberi
pupuk NPK sebanyak 25–50 gram/pohon (pot)/tahun. Waku pemberian pupuk sebaiknya
sebelum tanaman berbunga, setelah berbuah, dan seusai panen, sehingga tiap
tahun minimal dilakukan pemupukan 3 kali masing-masing 1/3 dosis.
4) Pengairan dan Penyiraman
Tanaman belimbing banyak
membutuhkan air sepanjang hidupnya. Di daerah yang sepanjang tahun mendapatkan
air tentu tidak masalah, namun di daerah yang kering tanaman perlu diberi
pengairan dan disiram. Sebagai indikasi bila tanaman perlu disiram yaitu bila rumput-rumput
yang tumbuh dibawah pohon sudah mulai layu. Penyiraman dapat dilakukan dengan
cara penggenangan (dileb) atau disiram sampai daerah sekitar tajuk tanaman
basah. Meskipun selalu butuh air, tanaman ini kurang menyukai air tergenang,
perlu diberi sarana drainase dan air segera dialirkan ke luar kebun agar tidak
menggenang.
5) Waktu Penyemprotan Pestisida
Sebagai pencegahan terhadap
hama dan penyakit tanaman belimbing maka perlu dilakukan penyemprotan
pestisida. Waktu penyemprotan pestisida dilakukan 2 minggu sekali, misalnya
dengan ‘Thamaron Super’ yang takarannya disesuaikan
dengan dosis yang tertera pada
kemasan.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
1) Lalat buah (Dacus pedestris)
Lalat ini berwarna coklat
kekuning-kuningan dengan dua garis membujur, pinggangnya ramping, bersayap
seperti baju tidur yang strukturnya tipis dan transparan. Lalat betina
meletakkan telur pada kulit buah, kemudian menetas menjadi larva. Larva inilah
yang kemudian merusak daging buah belimbing hingga menyebabkan bususk dan berguguran.
Pengendalian: dilakukan dengan cara pembungkusan buah pada stadium pentil (umur
1 bulan dari bunga mekar), mengumpulkan dan membakar sisa-sisa tanaman yang
berserakan di bawah pohon, memasang sex pheromone seperti Methyl eugenol dalam
botol aqua bekas.
2) Hama lain: kutu daun, semut
ngangrang (Oecophylla smaragdina) dan kelelawar.
Pengendalian: kutu daun dan
semut dapat disemprot dengan insektisida yang mangkus seperti Matador 25 EC
dll, sedangkan kelelawar harus dengan cara dihalau.
7.2. Penyakit
1) Bercak daun
Penyebab: cendawan Cercospora
averrhoae Fres. Gejala: terjadi bercak-becak klorotik berbentuk bulat dan
kecil-kecil pada anak daun. Daun yang terserang berat menjadi kuning dan
rontok, bahkan sampai gundul pada tanaman muda atau stadium bibit.
Pengendalian: dengan cara memotong (amputasi) bagian tanaman yang sakit dan
disemprot fungisida yang berbahan aktif Kaptafol, seperti Difolatan, dll.
2) Penyakit kapang jelaga
Penyakit ini hidup sebagai
saprofit pada madu yang dihasilkan oleh kutu-kutu putih. Gejala: permukaan daun
tertutup oleh warna hitam, sehingga dapat mengganggu proses fotosintesis.
Pengendalian: disemprot dengan fungisida yang mangkus, misalnya Dithane M45
pada konsentrasi yang dianjurkan.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Umur panen (petik) buah
belimbing sangat dipengaruhi oleh letak geografi penanaman, yaitu faktor
lingkungan dan iklim. Di dataran rendah yang tipe iklimnya basah, umur petik
buah belimbing sekitar 35–60 hari setelah pembungkusan buah atau 65–90 hari
setelah bunga mekar. Ciri buah belimbing yang sudah saatnya dipanen adalah
ukurannya besar (maksimal), telah matang dan warna buahnya berubah dari hijau
menjadi putih atau kuning atau merah atau variasi warna lainnya. Hal ini
tergantung dari varietas belimbing.
8.2. Cara Panen
Cara panen buah belimbing
dilakukan dengan cara memotong tangkainya. Pemetikan buah berlangsung secara
kontinyu dengan memilih buah yang telah matang. Waktu panen yang paling baik
adalah pagi hari, saat buah masih segar dan sebelum cuaca terlalu panas
(terik). Buah belimbing yang baru dipetik segera dimasukkan (ditampung) dalam
suatu wadah secara hati-hati agar tidak memar atau rusak.
8.3. Periode Panen
Periode panen buah belimbing,
umumnya penen perdana pada umur 3-4 tahun setelah tanam. Pembungaan dan
pembuahan belimbing dapat terus menerus sepanjang tahun, masa panen paling
lebat (banyak) biasanya terjadi tiga kali dalam setahun.
8.4. Prakiraan Produksi
Potensi hasil/produksi buah
belimbing varietas unggul yang ditanam di kebun secara permanen dan dipelihara
intensif dapat mencapai antara 150–300 buah/pohon/tahun. Bila jarak tanam 5 x 5
m dengan populasi per hektar antara 250–400 pohon dengan produktivitas 150–300
buah/pohon dan berat per buah rata-rata 160 gram, maka tingkat produksi per
hektar mencapai 6–19 ton.
9. PASCAPANEN
Seusai panen belimbing perlu
penanganan pascapanen lebih lanjut, terutama bila jumlahnya melimpah (banyak).
Tahapan penangan pascapanen buah belimbing adalah sebagai berikut:
9.1. Pengumpulan
Kumpulkan buah belimbing di
suatu tempat atau ruangan yang teduh.
9.2. Penyortiran dan
Penggolongan
Pilih buah bedasarkan tingkat
kematangan dan ukuran yang seragam. Pisahkan (buang) buah yang rusak, cacat
atau diserang hama dan penyakit. Bersihkan buah dari kotoran yang mungkin
menempel dengan alat bantu kuat lembut (halus).
9.3. Penyimpanan
Simpan buah belimbing dalam
wadah dan ruangan (tempat) yang dingin untuk persediaan keluarga, atau simpan
kotak karton berisi buah belimbing di ruangan pendingin bersuhu antara 5-20
derajat C.
9.4. Pengemasan dan
Pengangkutan
1.
Bungkus tiap buah atau beberapa buah dengan plastik regang atau kertas tissue
atau polysterene net.
2.
Masukkan buah belimbing ke dalam wadah (kontainer) berupa kotak karton yang
bagian dasar dan dindingnya dialasi (dilapisi) busa. Tiap kotak karton berisi
maksimal 3 lapis buah belimbing dengan posisi buah bagian pangkalnya berada di
bawah. Buah belimbing yang sudah dikemas siap diangkut ke tempat
penjualan/penampungan.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
TANAMAN
10.1. Analisi usaha Budidaya
Potensi produksi buah belimbing yang
ditanam di kebun secara permanen dan dipelihara intensif, dengan jarak tanam
antara 5×5 m atau 6×6 m, bila populasi tanaman belimbing per hektar antara
250–400 pohon dengan potensi produktivitas 150–300 buah/pohon/tahun, dan berat
per buah rata-rata 160 gram, maka dapat dihasilkan/tingkat produksi per hektar
mencapai 6–19 ton buah belimbing. Pada panen raya belimbing, harga belimbing
rata-rata mencapai Rp. 750,- sampai Rp.
5.000,- per kg. Maka kita dapat
menghitung berapa Rupiah besar penghasilan yang didapat dalam 1 hektar per
tahun. Tentunya setelah dikurangi biaya-biaya produksi yang dikeluarkan,
seperti: pembibitan, pemeliharaan, pemupukan,
panen/pascapanen, dll.
10.2. Gambaran peluang Agribisnis
Prospek pemasaran belimbing di
dalam negeri diperkirakan makin baik. Hal ini antara lain disebabkan oleh
pertambahan jumlah penduduk dan semakin banyaknya konsumen menyadari pentingnya
kecukupan gizi dari buah-buahan. Pada tahun
1993 Indonesia baru andil 0,4 %
dari total nilai impor dunia buah tropis. Bila pada tahun 1989 tingkat konsumsi
buah-buahan per kapita penduduk Indonesia hanya mencapai 22,92 kg/tahun, maka
untuk mencapai kecukupan gizi yang sesuai dengan anjuran FAO menargetkan
rata-rata 60 Kg per kapita per tahun. Salah satu jenis buah potensial yang mudah
dibudidayakan untuk mendukung pencapaian target tersebut adalah belimbing.
Perkiraan permintaan setiap tahun semakin meningkat, peningkatan permintaan
tersebut adalah sebesar 6,1 %/tahun (1995–2000), 6,5 %/tahun (2000–2005), 6,8
%/tahun (2005–2010), dan mencapai 8,9 %/tahun (2010– 2015). Jelaslah bahwa
prospek usahatani (agribisnis) belimbing amat cerah bila dikelola secara
intensif dan komersial, baik dalam bentuk kultur perkebunan, pekarangan, maupun
Tabulampot.
11. STANDAR PRODUKSI
11.1. Ruang Lingkup
Standar produksi ini meliputi:
syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh dan cara pengemasan.
11.2. Diskripsi
11.3. Klasifikasi dan Standar
Mutu
11.4 Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak dari
jumlah kemasan seperti terlihat di bawah ini. Dari setiap kemasan diambil
contoh sebanyak 20 buah dari bagian atas, tengah dan bawah. Contoh tersebut
diacak bertingkat (startified random sampling) sampai diperoleh minimum 20 buah
untuk dianalisis.
1.
Jumlah kemasan dalam partai (lot) sampai dengan 100, contoh yang diambil 5.
2.
Jumlah kemasan dalam partai (lot) 101 sampai dengan 300, contoh yang diambil 7.
3.
Jumlah kemasan dalam partai (lot) 301-500, contoh yang diambil 9.
4.
Jumlah kemasan dalam partai (lot) 501-1000, contoh yang diambil 10.
5.
Jumlah kemasan dalam partai (lot) lebih dari 1000, contoh yang diambil 15
(minimum).
Petugas pengambil contoh harus
memenuhi syarat yaitu orang yang berpengalaman atau dilatih lebih dahulu dan
mempunyai ikatan dengan badan hukum.
11.5. Pengemasan
Buah belimbing dikemas
dengan peti kayu/bahan lain yang sesuai dengan berat bersih maksimum 30 kg.
Dibagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain: nama barang,
golongan ukuran, jenis mutu, nama/kode perusahaan, berat bersih, negara/tempat
tujuan, hasil Indonesia, daerah asal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar